pemeliharaan ayam broiler
LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMELIHARAAN
AYAM RAS PEDAGING
Kelompok
4
TUGAS PRAKTIKUM MATA KULIAH
PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING
Oleh
Muhammad Ardi Wiranata
Desy Wulandari
Nur Uli Fajar Wulan
Yanu Purna Yudha
Irhas Hasan
Nur Oktaviani
Dosen
Budi Prasetyo, S.Pt. M.P
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
JURUSAN
PETERNAKAN
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN BISINIS UNGGAS
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu bisa dilihat dari tingkat
kebutuhan akan daging ayam yang meningkat pula pada tahun 2013 dan 2014
ketersediaan daging ayam ras per kapita masing-masing menjadi sebesar3,28
kg/kapita/tahun dan 3,37 kg/kapita/tahun
(Sumber
: SUSENAS, BPS diolah Pusdatin). harga tersebut diiringi pula dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber
protein. Pemenuhan akan daging mempunyai prospek ke depan yang baik, maka
ternak yang ideal untuk dikembangkan adalah temak unggas.
Broiler adalah ayam ras yang mampu
tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat 5
sampai 7 minggu. Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein
hewani asal ternak.
Dalam usaha peternakan sebaiknya
manajemen pemeliharaan sangat perlu diperhatikan dalam terhadap produksi
daging. Dalam pemberian pakan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertambahan
berat badan pada ayam, sehingga mencapai efisiensi yang dinyatakan dalam perhitungan
Feed Conversation Ratio. Karena
semakin rendah angka Feed Conversation Ratio semakin
dinyatakan efisien dalam pembentukan daging.
Pertumbuhan
yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan
penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka
hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita
dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam ( Rasyaf, M. 2000).
Perbaikan mutu
genetik, nutrisi, kontrol teradap penyakit dan pengelolaan ternyata berhasil
meningkatkan keefisienan produksi pada ayam broiler, sehingga dalam dalam kurun
waktu yang singkat (8 minggu) sudah mampu menghasilkan daging lebih banyak
dibanding waktu sebelumnya ( Mountney, 1976).
Menurut North (1984), pada
umur satu minggu pertambahan bobot tubuh ayam broiler meningkat tiga kali lipat
dan pada umur tiga minggu bobot tubuhnya telah 11,5 kali lipat dari bobot umur
sehari. Dengan demikian pertumbuhan ayam broiler dapat digolongkan cepat dan
proses
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan
kandungan energi metabolisme, dan protein yang
berbeda.
2.
Untuk mengetahui bagaimana cara pemberian pakan yang
sesuai dengan kebutuhan.
3.
Mahasiswa mampu dampak negatif negatif dari pemberian
pakan yang berbeda di fase finisher.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut apakah dengan
pemberian pakan dengan nutrisi yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan
bobot badan dari broiler fase finisher.
Dengan perlakuan F1, F2, F3, F4 dan
F5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya
dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006). broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya,
antara lain hanya 5 sampai 6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara
adalah broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh (Rasyaf, 2008).
Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan,
kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar,
padat dan berisi,efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari
pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif
lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo,
1987).
Pertumbuhan paling cepat terjadi sejak menetas
sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai
mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Pertumbuhan adalah suatu
penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Proses
pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dan substansi penyusun sel atau
jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsinya (Wahju,1992).
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa tubuh ayam terdiri atas banyak
sel dengan ukuran yang hampir sama. Ukurannya pada semua bangsa sama, dengan
mengabaikan bobot tubuh dewasa terakhir. Peningkatan pertumbuhan kebanyakan
terjadi karena multiplikasi (pembelahan) sel, yaitu 1 sel membelah menjadi 2; 2
menjadi 4; 4 menjadi 8; 8 menjadi 16, dan seterusnya. Namun, profil peningkatan
ini tidak kontinyu dan tidak menentu karena terjadi kompetisi diantara sel
untuk mendapatkan nutrien dan air.
Fadilah
(2004) menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika day old
chick (DOC) datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara
keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Day old chick (DOC)
yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya besar dan basah
seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, terlihat aktif dan beratnya tidak
kurang dari 37 g. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas
DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja
dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat
diterima.
Temperatur yang ideal untuk ayam broiler adalah
23-26° C (Fadilah, 2004). Menurut Suprijatna et al. (2005), untuk
menghindari kebisingan, penyebaran penyakit dan polusi bau, jarak kandang harus
cukup jauh dari pemukiman penduduk. Jarak kandang dengan pemukiman minimal satu
kali lebar kandang atau sekitar 6 meter. Kandang dengan tipe litter
pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai kandang
relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam terluka, dan
mengeras serta litter merupakan media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau
mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam. Lokasi kandang dekat dengan
sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah.
Kandang
yang ideal harus memenuhi beberapa syarat yaitu diantaranya harus membujur ke
barat dan timur dengan membujur ke arah barat dan timur diharapkan sirkulasi
udara lancar dan bisa masuk ke dalam kandang.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Peralatan
Dalam pemeliharaan broiler banyak
peralatan yang dibutuhkan seperti chick guard, 1 set Brooder pemanas ( tabung gas,
regulator ), Timbangan, Peralatan sanitasi, Peralatan kebersihan, Tempat pakan
(Chick feeder tray, feeder tube, tempat pakan gantung), Tempat air minum,
Thermometer ruang, Penjepit seng dan Peralatan injeksi
3.2 Bahan
Bahan bahan yang di gunakan dalam
pemeliharaan broiler yaitu diantaranya
Day Old Chick ( DOC), Pakan ayam Act,Sekam 5 karung, Vitamin,
Antibiotik, Obat Neo Meditril ,Elvi stress, Ardoxyne, Vaksin
(ND
KILL dan ND lasota), Air gula, Formalin & Detergen
3.3 prosedur Pelaksanaan
3.3.1
Persiapan Kandang
Persiapan kandang dilakukan satu minggu sebelum DOC
datang, bertujuan untuk mensterilkan kandang dari penyakit yang ada setelah
pemeliharaan periode sebelumnya. Persiapan kandang ini meliputi cuci kandang
(sanitasi kandang) yaitu kandang disemprot dengan menggunakan air bersih yang
dicampur dengan desinfektan, kemudian dilakukan pengapuran, pemasangan tirai
dan membersihkan
semua peralatan yang akan digunakan.
Setelah proses sanitasi kandang selesai dilakukan,
kemudian dilakukan proses istirahat kandang selama ±1 minggu, hal ini bertujuan
untuk memaksimalkan kerja dari bahan kimia yang digunakan dalam proses sanitasi
kandang dalam membunuh bibit-bibit penyakit yang ada dan juga menghilangkan
efek dari bahan kimia yang masih ada setelah proses sanitasi kandang, supaya
nantinya tidak mengganggu kesehatan ayam broiler.
Setelah proses istirahat kandang selesai dilakukan,
kemudian satu hari sebelum DOC datang kandang dipersiapkan dengan cara kandang
dibersihkan kembali, dilakukan pemasangan sekat, pemasangan litter dengan cara
sekam ditaburkan di atas lantai secara merata dengan ketebalan ±5 cm, dan
setelah itu di atas litter dilapisi dengan menggunakan koran.
Kemudian dilakukan persiapan brooder dengan cara:
Sekat pembatas untuk kandang indukan dipasang, kemudian pemanas dipasang dan
dinyalakan 1–2
jam sebelum DOC datang
(paling tidak litter sudah dalam keadaan hangat), dengan pengaturan suhu dalam
kandang indukan (brooding) kira-kira 32–35oC. Jika temperatur
suhu dalam kandang indukan di bawah standar, sebaiknya pemanas dinyalakan 24
jam setiap hari dan setiap 3 hari sekali kandang indukan diperlebar secara
bertahap 1–2 meter.
Lama penggunaan kandang indukan ini disesuaikan dengan
suhu lingkungan yang ada, jika pada waktu musim kemarau brooding
dilakukan sampai dengan ayam umur 10–12 hari, sedangkan pada waktu musim
penghujan brooding dilakukan sampai dengan ayam umur 12–14 hari (Rasyaf, 2011).
Tujuan dari brooding adalah menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi
anak ayam, agar pertumbuhan menjadi optimal. Hal itu dilakukan karena bangsa
aves memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh (termogulasi) peralihan antara
hewan poikiloterm (hewan berdarah dingin) dan homoioterm (hewan berdarah
panas). Perubahan sistem termogulasi peralihan dari poikiloterm ke homoioterm
pada ayam ini setidaknya terjadi setelah ayam sampai umur 10 hari setelah
menetas, karena itu anak ayam broiler memerlukan bantuan kandang indukan agar
tetap bisa hidup dan bertahan dari suhu lingkungan (Rasyaf, 2011).
3.3.2
Penanganan DOC
DOC yang baru datang dilakukan pencatatan tanggal
masuk (menetas) dan strain DOC, serta pengecekan jumlah dan penimbangan untuk
mengetahui bobot badan awal. Kemudian lakukan seleksi apakah ada yang cacat
atau tidak, bila ada yang cacat maka ayam tersebut harus disingkirkan (culling). Setelah itu DOC dimasukkan kandang
indukan (brooding) dan diberikan minum larutan gula 1% yang bertujuan
untuk memulihkan energi yang berkurang akibat perjalanan. Dan kemudian barulah
pakan diberikan sesuai dengan kebutuhan (Rasyaf, 2011).
3.3.3
Program
Pemeliharaan
1)
Pemberian
Pakan
Pada fase starter (umur 01–21 hari) pemberian pakan dilakukan
dengan secara
frekwensi pemberian empat
kali sehari dengan waktu pemberian pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Kemudian fase periode finisher (umur 22–35 hari) pemberian pakan
dilakukan dengan frekwensi pemberian tiga kali sehari dengan waktu pemberian: pada
pagi, sore dan malam hari. Dan diberikan sesuai
dengan standart yang telah tersedia di recording dengan penambahan 10 % dari
kebutuhan.
2)
Pemberian
Air Minum dan Vitamin
Air minum diberikan secara tidak terbatas (adlibitum), tempat air minum setiap hari
di cuci sampai bersih dan air minumnya setiap hari diganti. Sedangkan vitamin
diberikan mulai ayam umur satu hari sampai 1 minggu sebelum panen
sesuai dengan jadwal yang telah di berikan, selain itu vitamin juga diberikan sebelum dan
sesudah vaksinasi (Rasyaf,
2011).
3)
Pemberian
Vaksin dan Obat-Obatan
Vaksin yang dilakukan ada 2 macam yaitu ND (New Castle Desease) dan IBD.Vaksin ND-IB/kill dilakukan pada umur 4 hari melalui tetes mata dan
subcutan. sedangkan Pada umur 10 hari dilakukan vaksinasi IBD melalui air minum.
4)
Pengaturan
Tirai dan Litter
Umur 1–3 hari tirai di tutup seluruhnya, umur 3–14
hari pada pagi hari dan siang tirai dibuka sedangkan pada malam hari tirai di
tutup. Umur 14 sampai 35 hari tirai di buka sepanjang hari.
Membolak-balikkan/penambahan/mengganti litter
dilakukan jika kondisi litter basah
atau lembab (Rasyaf, 2011).
5)
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat ayam umur 35 hari.
Dan dilakukan penimbangan
bobot badan akhir dengan cara menimbang semua jumlah total ayam sebelum di
jual.
3.1
Parameter
yang Diukur
3.4.1
Konsumsi
Pakan
Konsumsi pakan (gram/ekor) diukur dengan cara
menghitung selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan,
pengukuran ini dilakukan setiap hari pada pagi hari selama pemeliharaan.
3.4.2
Pertambahan
Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan (gram/ekor) diukur dengan cara
menghitung selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal, pengukuran
ini dilakukan setiap satu minggu sekali pada pagi hari dan pada akhir
pemeliharaan (dilakukan sebelum ayam diberikan pakan).
3.4.3
Konversi
Pakan (FCR)
Perhitungan konversi pakan atau FCR (Feed
Convention Ratio) yang dilakukan setiap minggu secara komulatif. FCR
dihitung dengan cara membagi nilai konsumsi pakan dengan pertambahan bobot
badan.
3.4.4
Mortalitas
Mortalitas merupakan angka kematian yang terdapat pada
ternak yang dipelihara, dari awal pemeliharaan hingga pemanenan. Nilai
mortalitas diukur dengan cara membandingkan antara jumlah seluruh ternak yang
mati dengan jumlah ternak yang masih hidup dikalikan 100%. Dalam pemeliharaan
kelompok unggas pedaging, kematian maksimum
normalnya adalah sekitar 4% (Blakely dan Bade, 1991).
3.4.5
Analisa
Usaha
Perhitungan analisa usaha
yang akan dilakukan dalam usaha ini adalah:
1.
Total Pendapatan :
Total Produksi dikalikan Harga Jual Per Unit
2.
Total (Untung/Rugi) :
Total Pendapatan dikurangi Total Biaya Produksi
3.
a) BEP Volume Produksi :
Total Biaya Produksi dibagi
Harga Jual Per Unit
b) BEP Harga Produksi : Total Biaya Produksi dibagi Total Produksi
4.
R/C
Ratio : Total
Pendapatan dibagi Total Biaya Produksi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa
Data
Minggu
|
FCR
|
PBB
|
1.
|
1.13
|
130,5
|
2.
|
292,3
|
292,3
|
3.
|
473
|
473
|
4.
|
515
|
515
|
5.
|
503
|
503
|
4.2 Mortalitas
Mortalitas =
0 %
Jumlah = 57 ekor ayam
4.3 Bobot badan panen
Bobot
keseluruhan ayam : 111.150 kg
Rata rata berat panen : 1950 gr/ekor
4.4 Biaya Produksi
No
|
Keterangan
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
1
|
Sewa tempat
|
750/ekor / periode
|
7.125
|
2
|
DOC 57 ekor
|
4.600
|
262.200
|
3
|
Pakan 148.378
gr/ 148,38kg
|
6.400
|
949.632
|
4
|
Sekam 5 sak
|
7.000
|
35.000
|
5
|
VOVD
|
44.600
|
44.600
|
6
|
Gula 40 gr
|
1.200
|
1.200
|
7
|
Ongkos tenaga kerja
|
17.100
|
17.100
|
8.
|
Koran
|
600
|
600
|
9.
|
Pemanas
|
14.000
|
19.600
|
Jumlah
|
1.337.057
|
a.
Penerimaan
utama
Jumlah ayam awal = 57ekor
Mortalitas = 0 %
Total berat ayam panen = 111,15 kg
Berat badan rata – rata = 1,950 kg
Harga ayam / kg = Rp. 14.800
Penjualan ayam = total berat ayam panen x harga per kg ayam
=
111,15 kg x Rp. 14.800
=
Rp. 1.645.020
Penerimaan hasil sampingan = penjualan karung
= Rp. 4.500
Total penerimaan keseluruhan= hasil
penjualan ayam + hasil sampingan
= Rp. 1.645.020 + Rp. 4.500
=
Rp. 1.649.520
b.
Total
pendapatan
Keuntungan = Total penerimaan -
biaya produksi
=
Rp. 1.649.520 – Rp. 1.337.057
=
Rp. 312.463
c.
BEP Volume Produksi = Total Biaya Produksi :
Harga Jual Per Unit
=
Rp. 1.337.057 : Rp. 14.800
=
90, 34
d.
BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi : Total Produksi
=
Rp. 1.337.057 : 111,15 kg
=
Rp. 12.029
e.
R/C Ratio = Total Pendapatan : Total Biaya Produksi
=
Rp. 1.649.520 : Rp. 1.337.057
=
1.2
1.2 Pembahasan
Seperti yang telah kita ketahui, enam bulan terakhir ini
harga daging semakin melonjak. Harga daging yang semakin lama semakin tinggi
kususnya harga daging sapi dikarenakan jangka waktu penggemukan sapi yang
relative lama. Sehingga pasokan sapi untuk menyuplai kebutuhan pasar sangat
sedikit. Melihat dari permasalahan tersebut, kita bisa memanfaatkan kondisi ini
sebagai peluang bisnis yang menguntungkan. Kebanyakan dari konsumen beralih
mengkonsumsi daging ayam sebagai pengganti daging sapi. Selain harganya relative
terjangkau kandungan gizinya pun relative tinggi. Sehingga tidak heran bila
saat ini bisnis ayam potong semakin digeluti oleh para pebisnis. Dalam
pemeliharaan ayam broiler ada komponen yang harus ita penuhi. Seperti halnya yang ada pada segitiga emas yaitu
feeding, breeding dan managemen. Ketiga nya ini sangat berpengaruh sekali terhadap berhasil tidaknya
dalam pemeliharaan broiler. Tiga komponen tersebut harus semua nya
seimbang.
Pemeliharaan broiler kebutuhan akan pakan hampir 76 %,
dengan prosentasi yang lumayan tinggi pada bagian feeding sangat membutuhkan
perhatian khusus karena itu bagian yang paling banyak membutuhkan
dana yang cukup besar. Pada fase broding merupakan periode yang paling kritis,
menentuan performanceahir, temperatur yang sesua, perkembangan
gastrointestinal, periode perkembangan sistem kekebalan tubuh, perembangan
sistem pernafasan, sangat efisien dalam penggunaan pakan. Sehingga pada fase
ini sangat membutuhkan sekali perhatian dari peternak, Fase ini sebagai penentu
fase beriutnya. Tujuan adanya brooding yaitu menyediaan lingkungan yang nyaman
dan sehat secara efisien bagi anak ayam, untuk pertumbuhan yang optimal.
Hal hal yang perlu di perhatikan dalam
pemeliharaan broiler yaitu a.) manejemen penerimaan DOC, b.) manajemen
pengaturan suhu, c.) manajemen tirai, d) manajemen pemberian pakan dan minum
harus tepat sesuai dengan kebutuhan, e.) seleksi ayam, biosecurity, recording,
f.) manajemen litter.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dalam pemeliharaan ayam broiler kemarin
dapat kami simpulkan bahwa dalam pemelihiraan segitiga manajemen harus di
terapkan dengan baik agar produksi sesuai denga apa yang kita inginkan. Dalam pemeliharaan yang sudah
di laksanakan dapat di ambil hasil yang lumayan memuaskan, yang sudah diuur
dengan perhitungan elayaan usaha yatu R/c Ratio dengan angka 1.2 . sehingga mempunyai
prospek yang bagus untuk di kembangankan.
Daftar
Pustaka
Iman Rahayu, HS.
2003. Pemilihan Bibit DOC. Bogor:Jurusan Produksi Pertanian,
fapoltan IPB
Indartono,A.S.
“Panduan Manajemen Air Minum Unggas”.
Majalah Poultry Indonesia, Jakarta
Iman Rahayu, HS.2011.
Panduan Lengkap Ayam. Bogor, Penebar
Swadaya, Jakarta
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan METHYLEN BLUE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro